Selasa, 27 September 2011

Pengadaan Kapal Selam Terlambat 3 Tahun

ROKS Chang Bogo (SSK 61). (Foto: U. S. Navy/Photographer's Mate 1st Class David A. Levy)

27 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Pengadaan kapal selam untuk TNI Angkatan Laut seharusnya sudah bisa dilakukan pada 2008. Namun, itu belum bisa diwujudkan dan terjadi keterlambatan karena kekurangan anggaran. Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Badan Sarana Pertahanan sedang mengaji negara mana yang akan digandeng untuk pengadaan kapal selam.

"Dalam dua bulan mendatang Badan Sarana Pertahanan harus sudah memutuskan membeli dari negara mana kapal selam itu," kata Sekretaris Jenderal Kemhan Marsdya Eris Herriyanto saat membuka Rapat Koordinasi Penentu Kebijakan, Pengguna, dan Produsen Bidang Alutsista XIV dan Nonalutsista IV di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin (26/9).

Badan Sarana Pertahanan pula yang nantinya memutuskan proses pengadaannya. Bukan soal dari negara mana saja, tapi juga meminta spek dari pengguna, yakni TNI Angkatan Laut. Saat ini, lanjut Eris, masih dalam fase akan memutuskan perusahaan mana yang akan digandeng. "Tapi sekarang sudah dijaring sejumlah produsen yang tertarik," kata Eris.

Dia berharap pengadaan kapal jangan sampai tak terprogram dengan terperinci. Mengacu pada pengadaan pesawat tempur Korean Fighter Experience (KFX) yang harus disiapkan jauh-jauh hari, Eris mengatakan pengadaan kapal selam ini akan berpengaruh pada kemampuan industri pertahanan dalam negeri.

Setelah itu, baru membahas berapa kapal selam yang akan diproduksi. PT PAL sendiri sebagai produsen pengadaan dari dalam negeri masih belum bisa menjamin komitmen. Namun, pemerintah berharap ada teknologi yang bisa diserap Indonesia.

Selain kapal selam, ada sejumlah alutsista yang harus sudah tercantum dalam daftar pengadaan alutsista pada 2014, baik dalam percepatan minimun essential force (MEF) maupun pinjaman dalam negeri. Semua daftar pengadaan itu sebagian perlu direalisasikan dengan beberapa produsen luar negeri. "Ada beberapa yang sudah menandatangani nota kesepakatan. Kita tinggal menentukan agar transfer teknologi berjalan lancar," kata Eris.

Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Soeparno mengatakan idealnya, Indonesia membutuhkan enam kapal selam untuk menjaga wilayah perairan. TNI Angkatan Laut berharap tiga buah kapal selam itu bisa didatangkan pada 2014 mendatang. "Kami masih tunggu penetapannya, sedikit lagi. Diharapkan 2014 sudah masuk," katanya.

Pengadaan kapal selam bagi Indonesia merupakan hal penting. Apalagi saat ini Indonesia baru memiliki dua kapal selam buatan Jerman. Umurnya pun sudah cukup tua. "Idealnya kita punya enam kapal selam," ujarnya.

Sekretaris Dirjen Potensi Pertahanan Marsekal Pertama Leonardi mengatakan Kemhan sedang menjajaki kerja sama pengadaan kapal selam dengan Korea Selatan (Korsel). Indonesia dan Korsel sedang mempersiapkan strategi untuk bekerja sama membangun kapal selam bersama. Dua industri pertahanan kedua negara, PT Palindo dan Daewoo Shipbuilding and Marine, bahkan sudah sepakat untuk bekerja sama jika kedua negara sepakat membangun kapal selam.

"Untuk kapal selam, kita sedang mempersiapkan strateginya," kata Leonardi, akhir pekan lalu.

Mengutip laman Asian Defence News, Daewoo Shipbuilding and Marine merupakan perusahaan pembuat kapal selam terkemuka di Korsel. Perusahaan ini menguasai pasar kapal selam sejak 1991 hingga 1999. Perusahaan ini telah membuat sembilan kapal selam diesel seberat 1.200 ton bekerja sama dengan perusahaan kapal selam Jerman Howaldtswerke-Deutsche Werft.

Laman ini bahkan menulis bahwa Indonesia sudah bersedia membeli kapal selam dengan kontrak 1 miliar dollar AS atau sekitar 8,5 triliun rupiah dengan perusahaan ini. Harga satuan kapal selam ini diperkirakan mencapai 110 miliar won atau 879 miliar rupiah.

Lebih jauh, Sekjen Kemhan mengatakan adapun alutsista yang saat ini masuk daftar pengadaan adalah Peluru Kendali C-705 untuk digunakan dalam kapal-kapal patroli Kawal Cepat Rudal (KCR). TNI Angkatan Laut dipastikan tertarik. Pihak Kemhan juga sudah mengupayakan kerja sama dengan Sastind, perusahaan alutsista asal China, untuk melakukan alih teknologi. Peluru kendali ini memiliki jangkauan antara 110-120 kilometer.

Selanjutnya, tambah dia, program pengadaan seribu roket R-Han 122 untuk TNI Angkatan Darat dan Marinir yang ditargetkan terpenuhi pada 2014. Kemhan meminta ada komitmen dari industri pertahanan dalam negeri untuk bisa menyelesaikan tepat waktu.

Ada juga program pengadaan main batle tank yang bisa memberdayakan industri pertahanan dalam negeri. Lalu ada realisasi program kendaraan taktis (rantis) 3/4 ton, 2,5 ton, dan 5 ton yang semuanya dibuat di dalam negeri. Disiapkan juga pengadaan meriam 105 milimeter Howitzer dan program peningkatan kemampuan industri pertahanan untuk memproduksi amunisi berkaliber besar.

"Kita perlu konsisten menggunakan pinjaman dalam negeri dan rupiah murni untuk produksi alutsista dan non-alutsista," kata Eris.

Sumber: Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar