Senin, 16 Januari 2012

Wendy: Pembelian Tank Bekas Leopard Tidak Rasional

Leopard Bundeswehr. (Foto: Bundeswehr)

17 Januari 2012, Jakarta: Rencana pemerintah membeli tank bekas Leopard dari Belanda dinilai tidak rasional dan tidak sesuai kebutuhan. Indonesia lebih membutuhkan persenjataan laut dan udara dibandingkan darat.

Peneliti kajian keamanan di IDSPS Wendy Prajuli mengatakan, ketidakrasionalan itu antara lain bisa dilihat dari pernyataan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Purnomo menyatakan pembelian tank bekas itu antara lain merespon Malaysia yang memesan persenjataan sejenis. "Karena kondisi geografisnya, Malaysia memang membutuhkan (tank) itu. Sebaliknya, bagi negara kepulauan seperti Indonesia, tank tidak punya kemampuan apa-apa untuk mengancam," ujarnya, Selasa (17/1/2012) kepada Kompas.

Indonesia seharusnya meniru Vietnam. Negara itu baru mengumumkan pembuatan kapal perang produksi dalam negeri. "Sebagai negara kepulauan, Indonesia lebih butuh persenjataan laut seperti kapal perang atau kapal selam serta persenjataan udara," ujar Wendy Prajuli.

Wendy memaparkan, ada lima harus diperhatikan saat membeli persenjataan yakni kesesuaian dengan strategi pertahanan negara, mengikuti cetak biru modernisasi persenjataan, sesuai kondisi geografis, jaminan ketersediaan suku cadang.

Terakhir, persenjataan harus dalam kondisi baik dan maksimal. "Saya tidak melihat satupun criteria itu dipenuhi dalam pembelian tank Leopard," ujarnya.

Soal Persenjataan, Indonesia Harus Tiru Vietnam

Indonesia seharusnya meniru Vietnam untuk urusan modernisasi persenjataan. Vietnam mulai menunjukan kemampuannya memproduksi sendiri persenjataan dengan mengumumkan sudah membuat kapal perang.

Peneliti Kajian Keamanan di IDSPS Wendy Prajuli mengatakan, pengumuman Vietnam mengindikasikan negara-negara Asia Tenggara mulai menjalankan kebijakan memproduksi sendiri kebutuhan militer. Sebelum Vietnam, sudah ada Singapura yang membuat sendiri persenjataannya walau atas lisensi asing.

"Singapura memberi enam korvert dari Perancis. Sebagian diproduksi di Perancis, sebagian lain dibuat di Singapura," ujarnya, Selasa (17/1/2012) kepada Kompas.

Pemerintah seharusnya memerhatikan dan mengikuti langkah kedua negara tetangga itu. Pemerintah harus serius membangun industri pertahanan nasional. Dengan pembangunan itu, akan lebih mudah memenuhi lima hal yang harus diperhatikan dalam modernisasi persenjataan.

Sumber: KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar